Kisah ini dimulai dari sebuah desa terpencil di Thailand. Di desa yang masih dikelilingi hutan itu, sekelompok Bikkhu sedang bekerja bakti memperbaiki vihara. Bangunan nya telah tampak memprihatinkan. Maklum, vihara itu terletak di tempat terpencil sehingga kurang mendapat perhatian.
Di antara para Bikkhu itu, ada seorang Bikkhu bernama Ajahn Brahm. Ia kebagian tugas untuk membangun tembok vihara. Semula, ia mengira ini adalah pekerjaan mudah. Tinggal menyusun batu bata dan merekatkannya dengan semen, pikirnya.
Namun, prakteknya tidak semudah kelihatannya. Kurang teliti sedikit, susunan batu bata nya akan miring. Berulang kali ia membongkar pasang susunan batu bata itu karena kerap kali susunan nya miring. Setelah beberapa lama, akhirnya selesai juga tembok bata tersebut.
Hatinya begitu puas. Ia memandangi hasil karyanya dengan penuh kekaguman. Tapi tunggu dulu. Matanya tertuju pada tiga keping batu bata yang tampak miring. Ia jadi merasa tidak puas. Setiap kali ia lewat di dekat tembok itu, matanya selalu tertuju pada tiga keping batu bata itu. Hal ini menjadi beban pikirannya.
Pembangunan vihara itu akhirnya selesai juga. Tiba hari peresmian nya. Para pengurus dan donatur dari kota berdatangan untuk menghadiri acara peresmian tersebut. Mereka berkeliling untuk melihat hasil pembangunan vihara. Sang Bikkhu menemani mereka berkeliling, hingga tibalah di tembok bata itu.
“Hasil pekerjaan anda sungguh bagus. Tidak kalah dengan tukang bangunan sungguhan”
“Anda bercanda. Bukan kah ketiga keping batu bata itu susunannya miring?”
“Yang mana? Oh itu.. Saya malah tidak melihatnya bila anda tidak bilang.”
(Kisah aslinya ditulis oleh Y.A. Ajahn Brahm, seorang Bikkhu kelahiran Australia yang menjalani pembinaan diri di Thailand, berdasarkan pengalaman pribadinya)
Sadar atau tidak sadar, kita juga sering mengalami yang seperti itu. Sering kali kita hanya fokus pada tiga keping batu bata yang jelek dalam diri kita. Padahal masih terdapat puluhan keping batu bata yang bagus, yang membentuk tembok diri kita. Orang lain belum tentu melihat ketiga keping batu bata jelek itu. Malah justru kita sendirilah yang malah membuat orang lain menyadari keberadaan ketiga keping batu bata itu.
Apa yang bisa dipelajari dari kisah ini?
1. Belajar menerima kekurangan diri
Semua manusia pasti memiliki kekurangan. Adakah manusia biasa yang sempurna? Daripada kita terus fokus pada kekurangan tersebut atau berusaha menyangkalnya, cobalah untuk menerimanya. Perbaiki kalau memungkinkan. Tapi yang penting, kita harus belajar bisa menerima kekurangan kita dulu.
2. Belajar menghargai kelebihan/ talenta /potensi diri
Seperti halnya semua manusia tidak luput dari kekurangan, demikian pula setiap manusia pasti punya kelebihan masing-masing. Tergantung kita, apakah bisa melihat keberadaan puluhan keping batu bata yang bagus tersebut. Syukurilah kelebihan / potensi yang kita miliki, dan kembangkanlah untuk menemukan solusi sukses kita.
Sering kali kita merasa down karena omongan atau ejekan orang lain. Tapi, ada kalanya kita harus bisa menutup telinga terhadap komentar-komentar negatif itu. Kita bisa belajar dari keledai. Terlalu peduli dengan pendapat negatif orang lain bisa menghambat kita dalam menemukan solusi sukses kita. Lakukan saja yang terbaik. Selalu percaya diri dan tetap semangat !! :)
Senin, 01 Juni 2009
Tiga Keping Batu Bata
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mantap sekali mas postingannya... saya sangat setuju dengan pendapat anda mas... kalau kita terlalu mendengar omongan negatif orang tentang kita, kita gak akan maju...
BalasHapussukses untuk anda mas...
waahh,,,
BalasHapusmantap postingannya..
anggap saja kritikan dari orang lain sbgai batu landasan kesuksesan kita,,
orang lain boleh dengki,iri hati,mengkritik..
tetapi kita musti menyikapinya dengan sikap positif dan justru makin mendorong kita semakin maju
Mantap^^
se7,,sep bgt postingan nya sen,,,
BalasHapusmasalah nya biasa hal yg jelek yg selalu lbh dperhatikan,,,
yg penting blajar membuka diri untuk menerima kritikan,,,
telah lahir motivator baru neh.. mas arief, mas muin, anda punya saingan baru =))
BalasHapusYupz!!! Kita hrus bsa mnerima kkrgn diri, dan jdkan kkrgn sbuah motivasi dan plecut untk sllu brbuat yg trbaik...bkan untk dsesali
BalasHapus@ T.Wahyudi :
BalasHapusBetul mas..
saripada jadi budak dari pendapat orang lain,
lebih baik melakukan yang terbaik menurut kita..
toh, kita tidak bisa memuaskan seluruh orang di dunia ini :)
@ william eight :
BalasHapusorang lain boleh berkomentar negatif,
tapi kita keep positive thinking aja :)
Jadikan kritikan sebagai sarana evaluasi diri kita :)
@ juzen :
BalasHapusBetul..
kritik bisa membantu kita untuk introspeksi diri.. :)
@ Mas Hengky :
BalasHapuswew..
saya hanya [pemula yang masih belajar, mas :)
mereka udah pada master2 tuh..
hehe..
@ Ardy Pratama :
BalasHapussip!!
saya setuju, mas :)
hhohohohohoho
BalasHapusbener juga ya kita terlalu sibuk dengan kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita sehingga lupa klo kita sebenanya memiliki kekuatan lebih
@ Artha :
BalasHapusLebih baik fokus pada kelebihan diri daripada meratapi kekurangan..
terima kasih atas kunjungannya :)
mengetahui kekurangan orang lain bagus
BalasHapusmengetahui kekurangan sendiri adalah bijaksana.
dengan begitu kita akan berusaha menjadikan kekurangan menjadi suatu kelebihan kita.
nice posting mas
salam sukses
@ candra.com :
BalasHapusUngkapan yang bagus banget, mas :D
Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita..